TITIK
KEADILAN
Pagi
hari Arif selalu terburu-buru untuk berangkat sekolah. Karena, kalau sampai
terlambat ia harus berhadapan dengan pak Karjo. Beliau adalah guru BK yang
terkenal galak di SMA. Sebenarnya, pukul 06.30 Arif harus segera sampai sekolah
tapi, pagi itu Arif terhalang oleh perintah ibunya.
Ibu :
Arif… bantuin ibu ya..! (teriak ibu dari ruang tamu)
Arif :
iya bu kenapa? (arif menyahut dari dalam
kamar)
Ibu :
ini.. sambil berangkat sekolah tolong titipkan gorengan ibu ke tokonya bu
zaenab ya, kamu tau kan tokonya?
Arif :
oh, iya bu. Ya sudah, Arif berangkat sekarang saja biar nanti tidak telat sampai
sekolah
Ibu :
iya, hati-hati dijalan
Arif :
assalamualaikum..!!
Ibu :
waalaikumsalam…!!
Setelah
pamit kepada ibu, segera Arif naik motor bututnya dan beranbgkat. Tapi ditengah
perjalanan motor butut Arif tiba-tiba berhenti
Arif :
lho, kenapa ini motor.. wuh, ternyata bensinnya habis…! Aduh bisa telat aku
kalau seperti ini
Sambil
menuntun motornya Arif terus mencari-cari POM bensin. Setelah sebentar berjalan
akhirnya ia menemukan POM bensin
Arif :
pak ngisi bensin 10.000
Petugas
POM hanya diam dan lama-lama di lihat ada yang aneh dengan cara pengisian
bensinnya.
Arif :
lho pak, kalau ngisinya jangan di sendat-sendat dong pak!, nanti pengisiannya
gak cocok sama harganya. (sanggah arif
dengan sopan)
Petugas : ya pokoknya kan terisi dek..! (jawabnya dengan santai)
Arif :
hemmmm… ternyata petugas POM bensin juga bisa korupsi ya..! (gumam arif dalam hati)
Setelah
selesai mengisi bensin secepat mungkin Arif haru sampai ke tempat bu Zaenab dan
segera berangkat ke sekolah. Dan terlambat sudah, sesampainya di depan sekolah
sudah terlihat pak Karjo dari balik gerbang yang berdiri dengan gagahnya untuk
menunggu siswa yang telat.
Pak Karjo : hey Arif cepat kesini kamu!.., (pak karjo berteriak dengan lantang) akhirnya kali ini kamu bisa
telat juga ya?, kenapa kamu bisa telat?, dasar pemalas!..
Arif : maaf pak saya bukannya malas
tapi, tadi dijalan say kehabisan bensin pak
Pak
karjo : huwalah..! alasan saja
kamu ini (bantah pak karjo)
Arif :
ternyata menyeramkan juga kalau harus melihat kumis tebalnya pak Karjo.. hehe (arif tertawa geli sambil bergumam dalam
hati)
Setelah
lama berdiri mendengarkan ocehan pak Karjo tiba-tiba ada sebuah mobil yang
berhenti di depan gerbang, dan ternyata masih ada yang lebih terlambat dari
pada Arif.
Nina : selamat pagi pak Karjo!...
( gadis itu menyapa pak Karjo dengan
senyum manisnya hingga membuatku geli)
Pak
Karjo : selamat pagi nona Nina…
silahkan langsung masuk ke kelas saja nona nina. Tapi, besok-besok jangan
sampai telat lagi ya!..
Ninna : siip pak!..
Semua
itu terjadi begitu cepat. Membuat Arif semakin tidak paham dan bengong saja
Arif : lho.. apa apaan
pak Karjo ini?, enak bener jadi nina membuatku iri saja (lagi-lagi arif hanya bergumam dalam hati)
Pak
Karjo : lihat apa kamu kok sampai
melotot kayak begitu?
Arif : tidak pak!.. enak ya jadi Nina mudah banget lolos dari
hukuman
Pak
Karjo : ya iyalah.. dia kan anaknya
pak kepala sekolah pimpinan dari sekolah ini, dan yang punya sekolah ini. Jadi
gak enak kalau harus di hokum (pak Karjo
menjelaskannya dengan mondar-mandir di depan Arif)
Arif : ooh.. begitu ya pak.. aneh
ya!..
Pak
Karjo : sudah..sudah.. gak usah
ngurusi orang lain, urusi dirimu sendiri. Sebagai hukumannya karena telat kamu tidak boleh masuk kelas. Balek
pulang sana kamu!..
Arif : lho pak.. kok gitu pak?
Pak
Karjo : ya biar kamu tidak
mengulangi telat lagi
Arif : ya sudah pak saya pulang dulu
Pak
Karjo : iya pulang sana
Hari
itu Arif tidak sekolah, mungkin ia juga bosan jika harus pulang kerumah.
Kemudian ia teringat dengan warung kopi bu Zaenab. Seperti biasa Arif suka saat
nongkrong disana karena tempatnya yang nyaman dan enak untuk dibuuat
berdiskusi. Tak lama kemudian Arif sampai di warung bu Zaenab.
Arif : assalamualaikum!....
Terlihat
bu Zaenab sedang ribut meracik kopi istimewanya
Bu
zaenab : waalaikumsalam!..., lho
arif.. tumben jam segini sudah kesini?, jualan ibumu yang tadi pagii belom laku
semua, apa kamu mau mengabiil uangnya sekarang?
Arif : ah tidak bu, saya
memang sengaja mampir kesini. Tadi saya telat datang ke sekolah jadi saya tidak
boleh mengikuti sekolah hari ini.
Bu
Zaenab : ooh.. ya sudah mampir di
sini saja, mau makan rif?
Arif : tidak bu, saya pesan
secangkir kopi hitam saja
Di
warung itu arif duduk sendirian sambil menunggu kopi pesanannya. Tak lama
kemudian datanglah pak Ali, beliau adalah suami dari bu Zaenab dan cukup akrab
juga dengan Arif. Tapi saat itu pak Ali datang dengan wajah kusut.
Pak
Ali : assalamualaikum!...
Bu
Zaenab : waalaikummsalam!... ada apa
pak, kok wajahnya ditekuk seperti itu? (Tanya
bu Zaenab dengan penasaran)
Pak
Ali : (pak Ali duduk bersandar pada salah satu kursi dekat bu zaenab)
haaaah,,,, hari ini bapak cukup kesal dengan orang-orang yang ada di balai desa
itu. Bapak ini sudah dari 3 hari yang lalu menunggu info soal kedatangan pupuk
yang di subsidi oleh pemerintah tapi kok tetap saja infonya itu lambat. Katanya
setiap orang tidak boleh membeli pupuk lebih dari satu, tapi nyatanya pak Heru
tetangga kita itu membeli sampai 3 karung, katanya untuk persediaan. Hah… makin
gila saja orang-orang itu, katanya pupuk baru datang besok subuh buk, dan bapak
ini takut kalau tidak kebagian akhirnya bapak coba nitip satu saja malah
katanya tidak boleh, tapi kalau kita beli besok bisa-bisa kita tidak kebagian.
Cepat sekali pupuk-pupuk itu menghilang, bapak sampai heran!... (pa ali bercerita dengan jengkel, sampai
terbawa emosi).
Bu
zaenab : ya sudah pak, sabarlah
dahulu mungkin keadilan belum berpihak pada kaum seperti kita. Ya sudah jangan
terpancing emosi pak, ndak baik. Apa bapak ndak malu juga marah-marah terdengar
oleh Arif. (bu zaenab sambil mengantarkan
kopi pesanan arif)
Pak
Ali : lho iya,, mana nak arif?
Sedari
tadi arif hanya diam dan ikut mendengarkan cerita bapak sampai membuat arif
melamun memikirkan cerita itu
Arif : oh iya pak, arif disini
Pak
Ali : aduuh… maaf ya rif bapak
sampai tidak menyapa kamu, ya sudah nikmati saja kopinya, bapak mau istirahat
dulu didalam
Arif : iya pak ndak apa-apa…
Pikiran
Arif tetap terpacu pada cerita pak Ali tadi. Arif cukup heran dengan sistim
yang terjadi di desanya itu.
Arif : Kalau sudah seperti ini kira-kira siapa yang
salah dan patut dipersalahkan?. (arif
ngomong sendiri dengan nada pelan)
Tak
lama kemudian datanglah sekelompok mahasiswa yang datang ke warung bu Zaenab.
Tidak heran lagi, memang sering ada mahasisiwa yang mampir kesini untuk sekedar
mengisi waktu luang untuk berdiskusi dan menikmati secangkir kopi istimewa bu
Zaenab.
Mahasiswa
1 : bu… pesan kopi 4 ya, seperti biasa
Bu
zaenab : iya tunggu sebentar ya dek…
4
orang mahasiswa itu duduk di sebuah meja bundar yang berisikan 4 kursi yang
tidak jauh dari tempat arif duduk. Kalau sudah begini arif senang karena bisa
mendengarkan diskusi mahasiswa yang kritis itu, lumayan buat nambah pengalaman.
Mahasiswa
2 : hah, aku semakin bosan jika harus
mendengar soal KTM lagi, Cuma infonya saja yang berhembus tapi buktinya tidak
ada, Cuma kabar angina saja. (cerita
mereka di mulai)
mahasiswa
3 : iya, kenapa sampai lama sekali ya?,
padahal kita ini sudah pertengahan semester 2 tapi tetap saja fakultas kita belum
selesai, padahal fakultas lain sudah ada yang mendapatkan. Kenapa yak ok bisa
sampai tidak bersamaan seperti itu?
mahasiswa
4 : kemarin aku juga ingin daftar
beasiswa tapi sempat terhalang gara-gara KTM belum ada, memang aneh sekali
Arif
yang mendengar percakapan itu hanya diam sambil memikirkannya.
Mahasiswa
1 : memang Indonesia ini semakin lelet
saja
Datang
bu Zaenab mengantarkan kopi pesanan mereka
Bu
Zaenab : aduuuh… mahasiswa ini
sangat kritis sekali ya,
Mahasiswa
2 : harus itu bu, mahasiswa itu harus
mampu kritis dengan apa yang terjadi agar tidak ketinggalan bu.
Bu
Zaenab : ya sudah, teruskan saja
ngobrolnya
Bu
zaenab berjalan ke dalam melewati arif
Bu
Zaenab : arif, ibu kedalam dulu ya,
kalau ada pembeli tolong panggil ibu ke dalam
Arif : ok bu, tenang saja
Kembali
arif mendengarkan pembicaraan ke empat mahasiswa tersebut
Mahasiswa
3 : oh ya, kemarin aku mau pinjem buku
di perputakaan tapi gak bisa
Mahasiswa
4 : haha… mungkin kamu yang banyak
ngutang di sana, (sahutnya sambil
mengledek)
Mahsasiswa
3 : hehe, iya ya mungkin saja
tanggunganku sudah banya di sana
Mahasiswa
1 : sebentar, tapi bagaimana dengan
dosen-dosen yang pinjem bukunya sampai lama sekali, apakah kebijakannya sama
dengan kita ya?
Mahasiswa
2 : terus kita mau bertanya pada siapa?,
kebenaran tidak akan sama bro..!
Tak
lama kemudian, datang lagi seorang buruh supir truk yang bernama parjo ia
bekerja
sebagai pengantar barang di sebuah pabrik
terdekat, tapi datang dengan lemasnya. Segera arif memanggil bu Zaenab
Arif : bu ada pelanggan datang bu!...
Bu
Zaenab : iya,,,, siapa rif? (bu zaenabkeluar dari dalam rumahnya).
Oooh.. mas parjo, silahkan mas pesan apa?
Parjo : kopi hitam saja mbak
Kemudian
pak Ali juga keluar dari rumahnya. Memang pak parjo ini juga sudah akrab dengan keluarga pak Ali
Pak Ali :
lhoo… mas parjo kenapa mas kok kusut begitu mukanya? (pa kali menemani pak parjo untuk ngobrol)
Parjo : iya li… mukaku ini
sudah kusut, malah ditambah kusut dengan masalah kerjaku ini (katanya sambil emosi)
Pak
Ali : kenapa mas dengan
kerjanya?, bukankah selama ini lancer-lancar saja?
Parjo : gimana mau lancar
kalau gajinya di kurangi terus!... rasanya lama-lama kerjaku ini tak sebanding
dengan gajinya. Buruh-buruh yang lain juga mengeluh dengan masalah seperti ini.
Apalagi sekarang jatah subsidi transportasi kami juga di kurangi, hah semakin
membuatku tidak paham saja
Pak
Ali : iya mas, tampaknya
sekarang kita sedang mmengalami masalah yang lumayan komplek, aku juga masih
bingung mengurusi sawahku ini.
Sejenak
suasana tampak hening, orang-orang yang ada di warung kopi itu sedang menikmati kebingungannya masing-masing. Sedikit arif menyahut.
Arif : pada intinya pak,
kita ini sekarang sedang di bingungkan oleh yang namanya keadilan. kita juga tidak tahu siapa salah dan siapa
yang dipersalahkan. Kita rakyat pinggiran rasanya terlalu jauh untuk bersuara
di depan pembesar kita. Lebih baik kita benahi saja diri kita masing-masing
agar lebih baik karena, memang sulit untuk menemukan titik keadilan pada zaman
sekarang ini.