Rabu, 26 Maret 2014

TEKS NASKAH DRAMA



 
TITIK KEADILAN

Pagi hari Arif selalu terburu-buru untuk berangkat sekolah. Karena, kalau sampai terlambat ia harus berhadapan dengan pak Karjo. Beliau adalah guru BK yang terkenal galak di SMA. Sebenarnya, pukul 06.30 Arif harus segera sampai sekolah tapi, pagi itu Arif terhalang oleh perintah ibunya.
Ibu                   : Arif…  bantuin ibu ya..! (teriak ibu dari ruang tamu)
Arif                 : iya bu kenapa? (arif menyahut dari dalam kamar)
Ibu                     : ini.. sambil berangkat sekolah tolong titipkan gorengan ibu ke tokonya bu zaenab ya, kamu tau kan tokonya?
Arif                   : oh, iya bu. Ya sudah, Arif berangkat sekarang saja biar nanti tidak telat sampai sekolah
Ibu                   : iya, hati-hati dijalan
Arif                 : assalamualaikum..!!
Ibu                   : waalaikumsalam…!!
Setelah pamit kepada ibu, segera Arif naik motor bututnya dan beranbgkat. Tapi ditengah perjalanan motor butut Arif tiba-tiba berhenti
Arif                   : lho, kenapa ini motor.. wuh, ternyata bensinnya habis…! Aduh bisa telat aku kalau seperti ini
Sambil menuntun motornya Arif terus mencari-cari POM bensin. Setelah sebentar berjalan akhirnya ia menemukan POM bensin
Arif                 : pak ngisi bensin 10.000
Petugas POM hanya diam dan lama-lama di lihat ada yang aneh dengan cara pengisian bensinnya.
Arif                   : lho pak, kalau ngisinya jangan di sendat-sendat dong pak!, nanti pengisiannya gak cocok sama harganya. (sanggah arif dengan sopan)
Petugas            : ya pokoknya kan terisi dek..! (jawabnya dengan santai)
Arif                             : hemmmm… ternyata petugas POM bensin juga bisa korupsi ya..! (gumam arif dalam hati)
Setelah selesai mengisi bensin secepat mungkin Arif haru sampai ke tempat bu Zaenab dan segera berangkat ke sekolah. Dan terlambat sudah, sesampainya di depan sekolah sudah terlihat pak Karjo dari balik gerbang yang berdiri dengan gagahnya untuk menunggu siswa yang telat.
Pak Karjo        : hey Arif cepat kesini kamu!.., (pak karjo berteriak dengan lantang) akhirnya kali ini kamu bisa telat juga ya?, kenapa kamu bisa telat?, dasar pemalas!..
Arif                 : maaf pak saya bukannya malas tapi, tadi dijalan say kehabisan bensin pak
Pak karjo         : huwalah..! alasan saja kamu ini (bantah pak karjo)
Arif                             : ternyata menyeramkan juga kalau harus melihat kumis tebalnya pak Karjo.. hehe (arif tertawa geli sambil bergumam dalam hati)
Setelah lama berdiri mendengarkan ocehan pak Karjo tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan gerbang, dan ternyata masih ada yang lebih terlambat dari pada Arif.
Nina                            : selamat pagi pak Karjo!... ( gadis itu menyapa pak Karjo dengan senyum manisnya hingga membuatku geli)
Pak Karjo        : selamat pagi nona Nina… silahkan langsung masuk ke kelas saja nona nina. Tapi, besok-besok jangan sampai telat lagi ya!..
Ninna              : siip pak!..
Semua itu terjadi begitu cepat. Membuat Arif semakin tidak paham dan bengong saja
Arif                             : lho.. apa apaan pak Karjo ini?, enak bener jadi nina membuatku iri saja (lagi-lagi arif hanya bergumam dalam hati)
Pak Karjo        : lihat apa kamu kok sampai melotot kayak begitu?
Arif                 : tidak pak!..  enak ya jadi Nina mudah banget lolos dari hukuman
Pak Karjo        : ya iyalah.. dia kan anaknya pak kepala sekolah pimpinan dari sekolah ini, dan yang punya sekolah ini. Jadi gak enak kalau harus di hokum (pak Karjo menjelaskannya dengan mondar-mandir di depan Arif)
Arif                 : ooh.. begitu ya pak.. aneh ya!..
Pak Karjo        : sudah..sudah.. gak usah ngurusi orang lain, urusi dirimu sendiri. Sebagai hukumannya karena  telat kamu tidak boleh masuk kelas. Balek pulang sana kamu!..
Arif                 : lho pak.. kok gitu pak?
Pak Karjo        : ya biar kamu tidak mengulangi telat lagi
Arif                 : ya sudah pak saya pulang dulu
Pak Karjo        : iya pulang sana
Hari itu Arif tidak sekolah, mungkin ia juga bosan jika harus pulang kerumah. Kemudian ia teringat dengan warung kopi bu Zaenab. Seperti biasa Arif suka saat nongkrong disana karena tempatnya yang nyaman dan enak untuk dibuuat berdiskusi. Tak lama kemudian Arif sampai di warung bu Zaenab.
Arif                 : assalamualaikum!....
Terlihat bu Zaenab sedang ribut meracik kopi istimewanya
Bu zaenab       : waalaikumsalam!..., lho arif.. tumben jam segini sudah kesini?, jualan ibumu yang tadi pagii belom laku semua, apa kamu mau mengabiil uangnya sekarang?
Arif                             : ah tidak bu, saya memang sengaja mampir kesini. Tadi saya telat datang ke sekolah jadi saya tidak boleh mengikuti  sekolah hari ini.
Bu Zaenab       : ooh.. ya sudah mampir di sini saja, mau makan rif?
Arif                 : tidak bu, saya pesan secangkir kopi hitam saja
Di warung itu arif duduk sendirian sambil menunggu kopi pesanannya. Tak lama kemudian datanglah pak Ali, beliau adalah suami dari bu Zaenab dan cukup akrab juga dengan Arif. Tapi saat itu pak Ali datang dengan wajah kusut.
Pak Ali            : assalamualaikum!...
Bu Zaenab      : waalaikummsalam!... ada apa pak, kok wajahnya ditekuk seperti itu? (Tanya bu Zaenab dengan penasaran)
Pak Ali            : (pak Ali duduk bersandar pada salah satu kursi dekat bu zaenab) haaaah,,,, hari ini bapak cukup kesal dengan orang-orang yang ada di balai desa itu. Bapak ini sudah dari 3 hari yang lalu menunggu info soal kedatangan pupuk yang di subsidi oleh pemerintah tapi kok tetap saja infonya itu lambat. Katanya setiap orang tidak boleh membeli pupuk lebih dari satu, tapi nyatanya pak Heru tetangga kita itu membeli sampai 3 karung, katanya untuk persediaan. Hah… makin gila saja orang-orang itu, katanya pupuk baru datang besok subuh buk, dan bapak ini takut kalau tidak kebagian akhirnya bapak coba nitip satu saja malah katanya tidak boleh, tapi kalau kita beli besok bisa-bisa kita tidak kebagian. Cepat sekali pupuk-pupuk itu menghilang, bapak sampai heran!... (pa ali bercerita dengan jengkel, sampai terbawa emosi).
Bu zaenab       : ya sudah pak, sabarlah dahulu mungkin keadilan belum berpihak pada kaum seperti kita. Ya sudah jangan terpancing emosi pak, ndak baik. Apa bapak ndak malu juga marah-marah terdengar oleh Arif. (bu zaenab sambil mengantarkan kopi pesanan arif)
Pak Ali            : lho iya,, mana nak arif?
Sedari tadi arif hanya diam dan ikut mendengarkan cerita bapak sampai membuat arif melamun memikirkan cerita itu
Arif                 : oh iya pak, arif disini
Pak Ali            : aduuh… maaf ya rif bapak sampai tidak menyapa kamu, ya sudah nikmati saja kopinya, bapak mau istirahat dulu didalam
Arif                 : iya pak ndak apa-apa…
Pikiran Arif tetap terpacu pada cerita pak Ali tadi. Arif cukup heran dengan sistim yang terjadi di desanya itu.
Arif                             :  Kalau sudah seperti ini kira-kira siapa yang salah dan patut dipersalahkan?. (arif ngomong sendiri dengan nada pelan)
Tak lama kemudian datanglah sekelompok mahasiswa yang datang ke warung bu Zaenab. Tidak heran lagi, memang sering ada mahasisiwa yang mampir kesini untuk sekedar mengisi waktu luang untuk berdiskusi dan menikmati secangkir kopi istimewa bu Zaenab.
Mahasiswa 1   : bu… pesan kopi 4 ya, seperti biasa
Bu zaenab       : iya tunggu sebentar ya dek…
4 orang mahasiswa itu duduk di sebuah meja bundar yang berisikan 4 kursi yang tidak jauh dari tempat arif duduk. Kalau sudah begini arif senang karena bisa mendengarkan diskusi mahasiswa yang kritis itu, lumayan buat nambah pengalaman.
Mahasiswa 2   : hah, aku semakin bosan jika harus mendengar soal KTM lagi, Cuma infonya saja yang berhembus tapi buktinya tidak ada, Cuma kabar angina saja. (cerita mereka di mulai)
mahasiswa 3    : iya, kenapa sampai lama sekali ya?, padahal kita ini sudah pertengahan semester 2 tapi tetap saja fakultas kita belum selesai, padahal fakultas lain sudah ada yang mendapatkan. Kenapa yak ok bisa sampai tidak bersamaan seperti itu?
mahasiswa 4    : kemarin aku juga ingin daftar beasiswa tapi sempat terhalang gara-gara KTM belum ada, memang aneh sekali
Arif yang mendengar percakapan itu hanya diam sambil memikirkannya.
Mahasiswa 1   : memang Indonesia ini semakin lelet saja
Datang bu Zaenab mengantarkan kopi pesanan mereka
Bu Zaenab       : aduuuh… mahasiswa ini sangat kritis sekali ya,
Mahasiswa 2   : harus itu bu, mahasiswa itu harus mampu kritis dengan apa yang terjadi agar tidak ketinggalan bu.
Bu Zaenab       : ya sudah, teruskan saja ngobrolnya
Bu zaenab berjalan ke dalam melewati arif
Bu Zaenab       : arif, ibu kedalam dulu ya, kalau ada pembeli tolong panggil ibu ke dalam
Arif                 : ok bu, tenang saja
Kembali arif mendengarkan pembicaraan ke empat mahasiswa tersebut
Mahasiswa 3   : oh ya, kemarin aku mau pinjem buku di perputakaan tapi gak bisa
Mahasiswa 4   : haha… mungkin kamu yang banyak ngutang di sana, (sahutnya sambil mengledek)
Mahsasiswa 3  : hehe, iya ya mungkin saja tanggunganku sudah banya di sana
Mahasiswa 1   : sebentar, tapi bagaimana dengan dosen-dosen yang pinjem bukunya sampai lama sekali, apakah kebijakannya sama dengan kita ya?
Mahasiswa 2   : terus kita mau bertanya pada siapa?, kebenaran tidak akan sama bro..!
Tak lama kemudian, datang lagi seorang buruh supir truk yang bernama parjo ia bekerja sebagai pengantar barang di sebuah pabrik terdekat, tapi datang dengan lemasnya. Segera arif memanggil bu Zaenab
Arif                 : bu  ada pelanggan datang bu!...
Bu Zaenab      : iya,,,, siapa rif? (bu zaenabkeluar dari dalam rumahnya). Oooh.. mas parjo, silahkan mas pesan apa?
Parjo                : kopi hitam saja mbak
Kemudian pak Ali juga keluar dari rumahnya. Memang pak parjo ini juga sudah akrab dengan keluarga pak Ali
Pak Ali                        : lhoo… mas parjo kenapa mas kok kusut begitu mukanya? (pa kali menemani pak parjo untuk ngobrol)
Parjo                            : iya li… mukaku ini sudah kusut, malah ditambah kusut dengan masalah kerjaku ini (katanya sambil emosi)
Pak Ali            : kenapa mas dengan kerjanya?, bukankah selama ini lancer-lancar saja?
Parjo                            : gimana mau lancar kalau gajinya di kurangi terus!... rasanya lama-lama kerjaku ini tak sebanding dengan gajinya. Buruh-buruh yang lain juga mengeluh dengan masalah seperti ini. Apalagi sekarang jatah subsidi transportasi kami juga di kurangi, hah semakin membuatku tidak paham saja
Pak Ali            : iya mas, tampaknya sekarang kita sedang mmengalami masalah yang lumayan komplek, aku juga masih bingung mengurusi sawahku ini.
Sejenak suasana tampak hening, orang-orang yang ada di warung kopi itu sedang menikmati kebingungannya masing-masing. Sedikit arif menyahut.
Arif                             : pada intinya pak, kita ini sekarang sedang di bingungkan oleh yang namanya keadilan.  kita juga tidak tahu siapa salah dan siapa yang dipersalahkan. Kita rakyat pinggiran rasanya terlalu jauh untuk bersuara di depan pembesar kita. Lebih baik kita benahi saja diri kita masing-masing agar lebih baik karena, memang sulit untuk menemukan titik keadilan pada zaman sekarang ini.