RANJANG
PENGANTIN
Oleh : ekka nur islahiyah
Di
sadur dari cerpen karya Kahlil Gibran
ANALISIS STRUKTURALISME
A.
Tema : Jiwa-Jiwa Pemberontak
B.
physical description
Ø Laila : Tokoh Sentral Protagonis Antagonis. Dinamakan protagonis karena ia
di awal cerita seorang yang cantik
dan lemah yang tak kuasa menolak permintaan paksa orang tuanya
untuk menikah dengan pria agak tua yang tidak ia cintai. Dan dinamakan
antagonis karena di akhir cerita ia menjadi seorang wanita pemarah
dan egois yang menghujamkan pisau pada lelaki yang ia cintai karna
ia menganggap ada wanita lain yang merebut kekasihnya dan tak seorang pun boleh
memilikinya.
Ø Salim : Tokoh Andalan. Dia adalah seorang pemuda tampan dan sederhana
Itu ditunjukkan dalam cerita saat para tamu sedang menikmati pesta dan
mabuk-mabukan, hanya salim saja yang tidak mengikuti apa yang dilakukan oleh
para tamu.
Ø Susan : Tokoh Tambahan. Susan adalah sahabat baik laila yang
menyampaikan pesan kepada salim dan hanya susanlah yang mau menguburkan mayat
mereka berdua.
Ø Najeebah :
tokoh antagonis, dalam cerita tersebut ia sebagai dalang dari munculnya masalah
karena fitnah yang di sebarkannya.
Ø Suami Laila, Pendeta dan Tamu : Tokoh Lataran karena peran mereka hanya
berfungsi sebagai latar cerita saja.
C. Latar ( Setting ) :
· Latar Tempat : dalam cerita ini hanya terdapat dua tempat saja yaitu
kediaman/rumah pengantin pria dan di taman di bawah pohon.
· Latar Sosial : yang termasuk latar sosial dalam cerita ini yaitu adat atau
tradisi mereka (orang libanon) para orang tua selalu menjodohkan paksa anak
perempuannya dengan pria tua yang kaya raya dan saat pernikahan mereka
berpersta pora dengan adanya penari-penari dan bermabukan dengan minum arak,
disamping itu mereka tidak sungkan bermesraan dalam pesta.
D. Sudut Pandang : menggunakan sudut pandang
orang ketiga.
Usai sudah resepsi pernikahan antara
Laila dengan seorang lelaki yang tidak di cintainya. Sepasang suami istri dan
rombongan itu telah pergi meninggalkan geraja dan menuju rumah suaminya untuk
berpesta. Setelah sampai, mereka duduk di pelaminan dan para tamu berbahagia
menikmati jamuan pesta tersenut. Tapi Laila tetap menyembunyikan kesedihannya.
Sementara sang suami juga ikut bersenang-senang sendiri dengan teman-temannya.
Laila : (laila bergumam dalam hati). Oh tuhan..!
rasanya aku tidak tahan lagi menahan sembilu ini. Terlalu menyakitkan jika aku
menahannya. Orang tua seakan tidak peduli dengan hati anaknya, sehingga tega
memaksaku untuk bersanding dengan orang yang benar-benar tidak aku cintai. (diam… tetap melamum). Salim..!, aku
ingin betemu dengan salim. (lamunannya
berbelok kepada sosok salim, kekasihnya dahulu). kabar terakhir yang aku
dengar ia telah kembali dari perantauannya.
Tepat di depan Laila duduk di atas
pelaminannya terlihat susan yang sejak tadi menatapnya. Muncullah ide dalam
benak Laila untuk mengutus Susan agar menyampaikan pesannya kepada Salim.
Laila : Susan,
mendekatlah aku ingin bicara padamu..! (panggilnya
dengan berbisik-bisik)
Susan : adakah yang
bisa aku bantu kawanku?, (susan segera
mendekat)
Laila : ku mohon
kepadamu, sahabatku, malam ini demi kasih yang telah mengikat jiwa kita sejak
masih kecil. Aku mohon kepadamu demi kebahagiaan di hatiku dan demi
penderitaanku. Pergilah, temuilah salim dan suruhlah dia pergi keluar dengan
diam-diam menuju taman dan mintalah dia untuk menungguku disana. Bujuklah dia
demi aku Susan. Sampai dia mau, katakana padanya hatiku hancur dan buta, aku
hamper mati dan aku ingin membuka hati kepadanya sebelum baying-bayang
melenyapkanku. Cepatlah temui dia dan bujukulah. Engkau tidak perlu takut
manusia-manusia di sekitarmu ini tidak akan menangkapmu sebab anggur telah
mengunci telinga mereka dan membutakan matanya.
Susan : baiklah
sahabatku, akan ku sampaikan pesanmu kepada salim..!
Maka bangkitlah Susan menuju
kediaman Salim. Dalam gubuk kecilnya terlihat Salim sedang duduk melamun di
atas kursinya, dengan menatap keluar cendelanya yang terbuka lebar. Susan
segera masuk kedalam.
Susan : permisi mas
Salim..!
Kedatangan Susan sempat menggugah
lamuanan Salim. Tapi Salim tetap berdiam diri tanpa menyahuti apapun. Hanya
mendengarkan pesan yang di bawa Susan saja.
Susan : saya datang
kesisini hanya ingin menyampaikan pesan dari sahabatku, Laila…!
Susan mulai membisikan pesan dari sahabatnya itu, dengan
teliti pemuda itu mendengarkannya. Setelah susan selesai berbicara Salim hanya
memandangi Susan dan berkata
Salim : aku akan
menunggu dia, pengantin wanita itu ditaman.
Beberapa saat kemudian pengantin
wanita bangkit dan berdiri dan berjalan muju taman tersebut. sambil melihat
sekeliling dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan para tamu dan pengantin
laki-laki itu masih terbius oleh anggur dan para wanitanya.
Sesampainya Laila di taman itu
dilihatnya Salim yang sudah menunggunya. Kemudian langsung direbahkannya tubuh
Laila ke tubuh Salim. Merangkul dan menatapnya. Berkata dengan tergesah-gesah.
Liala : (dengan menangis dan rasa haru Laila
berkata) dengarkan kekasihku!, dengarkan baik-baik. Aku menyesali ketidak
pedulianku dan sikapku yang terburu-buru, aku menyesal Salim. Sampai
penyesalanku menyiksa hatiku. Aku
mencintaimu sampai akhir hidupku. Orang telah mengatakan padaku bahwa enkau
telah melupakanku, bahwa engkau telah pergi menjauh dariku. Engkau telah jatuh
cinta dengan wanita lain mereka menceritakan itu semuanya padaku Salim. Dan
kata-kata mereka meracuni hatiku. Kuku-kuku mereka telah merobek hatiku dengan
kebohongan-kebohongan. Najeebah mengatakannya padaku bahwa engkau telah
melupakanku dan merasa jijik padaku. Bahwa engkau telah mencintai Najeebah
dengan menggairah. Wanita jahat itu telah memperdaya perasaanku sehingga aku
mau mengambil saudaranya untuk jadi suamiku, Salim. Tetapi engkaulah suamiku
dan bukan yang lain!.
Saat
ini kerudung telah dibuka dari mataku dan aku telah datang kepadamu. Telah ku
tinggalkan rumah ini dan aku tidak akan kembali lagi. Telah kutinggalkan kedua
orangtuaku, kutinggalkan suami yang secara keliru telah kupilih menjadi
majikanku. Dan kutinggalkan hokum yang menjunjungku.
Mari
kita bergegas salim!, dan tinggalkan tempat ini di bawah lindungan malam.
Lihatlah perjiasan-perhiasan ini. Ini semua akan menjamin masa depan kita. Ayo
kita pergi salim. Mengapa kau membisu Salim?, mengapa kau tak menatapku?,
mengapa kau tak menciumku?, telah ku tinggalkan semua dan aku datang dalam gaun
pengantin untuk melarikan diri bersamamu. Ku mohon katakana sesuatu Salim!..
Sunyi merayap beberapa waktu, kemudian sang pemuda itu
berkata
Salim : kembalilah
ke suamimu, Masalah kita sudah berakhir. Kembalilah ke pesta perkawinanmu
sebelum mata-mata tajam melihatmu, dan orang-orang mulai berkata “wanita itu
telah berhianat pada malam pernikahannya, persis saat dia menghianati
kekasihnya ketika kekasihnya akan pergi jauh. (perkataanya dalam pandangan kosong, lemas, dan penuh kecewa)
Mendengar kata-kata itu pengantin wanita yang sedari tadi
duduk disampingnya mulai gemetar seraya
berkata
Laila : aku tidak
akan kembali kerumah itu, sampai terahir napas hidupku. Jangan tinggalkan aku
dan jangan katakan bahwa aku tidak setia, sebab tangan cinta yang mengikat
jiwaku lebih kuat dari tangan pendeta yang menyerahkan jiwaku pada suamiku,
jiwaku telah datang mendekati jiwamu dan bahkan kematian tak akan mampu
memisahkan jiwa kita.
Salim : (pemuda ini langsung berdiri seraya
membalasnya dengan nada kebencian). Tinggalkan aku hai perempuan!. Aku
telah melupakanmu dan aku merasa jijik padamu. Cintaku sudah ku tambatkan pada
wanita lain, dan yang dikatakan banyak orang tentangku itu benar adanya. Apa
kau dengara apa yang aku katakana?. Aku telah melupakanmu, dan aku tak ingat
lagi padamu sama persis dengan jiwaku yang lenyap dari pandanganmu. Kembalilah
pada suamimu dan jadilah istri yang baik baginya!.
Mendengarkan hal itu hati Laila mulai murka. Dengan beranjak
dari tempat duduknya Kemudian ia menjawab
Laila : tidak!,
aku tidak percaya apa yang baru saja kau katakan!. Kau mencintaiku, bisa ku
baca kata-kata cinta dalam sorot matamu, kita saling mencintai salim. Dan tak
akan ku tinggalkan tempat ini kecuali tetap berada di sisimu. Aku datang kemari
untuk mengikutimu sampai ke ujung bumi. Jadi renggutlah aku dan tumpahkan
darahku.
Kemarahan antara
mereka berdua makin menjadi-jadi. Salim juga sangat marah.
Salim : tinggalkan
aku hai perempuan!. Atau aku akan berteriak dan memanggil semua orang agar
datang ketaman ini. Akan ku tunjukan aibmu dan iniakan membuatmu bagai
butiran-butiran pahit yang ada di mulut mereka.
Wajah manita itu berubah. Matanya terbelalalak bagai lautan
yang di goncang badai.
Laila : siapa yang
akan mencitaiumu seperti diriku?, hati siapa kalu bukan hatiku?. (berucapnya dengan nada kasar dan penuh
kecewa)
Hati Laila sudah
terbakar amarah. Hatinya di penuhi setan. Tanpa piker panjang ia langsung
mengambil sebuah pisau dari balik gaunnya, dan secepat kilat langsung di
hujamkan pisau itu secepatnya tepat di atas dada pemuda itu. Dia roboh ke
tanah. Melihat itu Laila sangat kaget wanita itu membungkuk di hadapannya dan
pisu itu masih ada dalam genggam tangannya.
Salim :
kemarilah kekasihku, kemarilah Laila!, dan jangan tinggalkan aku antara
kehidupan dari pada kematian. Tettapi kematian lebih lemah dari pada cinta.
Tutuplah mataku yang mulai meredup ini dengan jari-jarimu yang penuh darah.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu ditangan kananku dan
katakana pada mereka bahwa aku telah bunuh diri karena putus asa dan cemburu.
Aku hanya mencintaimu Laila bukan yang lain.
Tubuh pemuda itu tersungkur dan
tangannya memegangi dadanya yang terluka. Dan lepaslah jiwanya. Pengantin
wanita itu menatap dengan tangis terisak-isak. Karena kecewa akhirnya ia
berteriak-teriak seperti orang gila.
Laila : kemarilah oh manusia!. Pernikahannya ada disii dan inilah
pengantin priannya. Kemarilah sehingga kami dapat menunjukan kepadamu ranjang
pengantin yang lembut ini. Bangunlah dan sadarlah orang-orang pemabuk!.
Jeritan sang pengantin itu menggema
di setiap sudut taman dekat rumahnya. Semua orang terkejut saat mendengar
perkataannya. Maka cepatlah mereka menghampirinya. Setelah meliahat apa yang
ada bibir mereka taka da yang mampu tuk berucap. Tapi mereka mundur karena
takut. San pengantin menoleh kea rah mereka, kesedihan tampak di wajahnya.
Laila : memdekatlah hai pengecut!. (dia berteriak) kalian tidak perlu takut dengan hantu kematian, karena
kematian ini mulia dan tak akan menghampiri kepicikanmu. Lihatlah pemuda tampan
ini. Dialah kekasihku, aku membunuhnya karena dia kekasihku. Dimanakah wanita
jahat dan pencemburu itu, wanita yang menfitnah kekasihku?, dia mengatakan
bahwa Salim mencintainya dan telah melupakanku. Dimanakah Najeebah, wanita
penipu itu?, dimanakah ular kecil berbisa itu?, biarkan dia menyaksikan semua
ini. Kalian tidak bisa memahami apa yang aku katakana. Karena kalian hanyalah
orang-orang tolol yang tak mengerti arti cinta yang sesungguhnya.
Wanita itu masih menangis. Kemudian
wanita itu mengangkat pisu ke atas dan di hujamkannya pisau itu keras-keras
tepat di dadanya. Semua mata terpaku oleh itu, dengan sekarat wanita itu
mengatakan.
Laila : janganlah mendekat, kalian hanya akan menghinaku. Jangan
pisahkan tubuh kami biarkan bumi menyembunyikan kami dan melindungi kami dari
hantaman salju musim dingin sampai musim semi datang.
Dengan sekarat, tangan manisnya
mencoba untuk meraih tangan pemuda itu.
Laila : lihatlah kekasihku!, lihatlah suami jiwaku. Mereka yang iri
hati berdiri terpaku di sekitar ranjang kita. Engkau telah menantikanku begitu
lama Salim. Sekarang lihatlah bagaimana belenggu-belenggu itu telah hancur.
Mari kita pergi bersama Salim!. (laila
mengatakannya dengan berbisik di dekat Salim)
Kemudian datanglah seorang pendeta
yang memberkati pernikahan Laila yang gagal. Lantas berkata
Pendeta : terkutuklah tangan yang menyentuh kedua tubuh ini. Yang terbunuh
oleh darah kejahatan dan aib. Oh manusia, pulanglah dan menyingkrlah dari bau
busuk yang muncul dari dua hati ini.
Kemudian Suana seorang gadis sahabat
Laila datang dan berdiri di samping pendeta itu. Sambil menangis dia berkata.
Susan : aku akan tetap tinggal disini penghujat buta. Aku akan menjaga
mereka sampai pagi. Akan ku gali sebuah liang kubur dibawah cabang-cabang
pohon. Jika kalian tidak memmeberiku sekup, akan aku gali tanah ini dengan
jari-jariku sendiri. Dan jika kau mengikat kedua tanganku akan ku gali tanah
ini dengan gigiku. Cepat tinggalkan tempat ini!.
Setelah lama menyaksikan itu
akhirnya orang-orang pergi berhamburan di hadapan suara sang pendeta. Gadis itu
tetap berdiri di tempat itu.
Katika kerumunan orang telah
menghilang dan tempat itu menjadi sunyi, dia pasrah dalam tangis dan
kesedihan!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar