Senin, 14 April 2014

NASKAH SADURAN



RANJANG PENGANTIN
Oleh    : ekka nur islahiyah
Di sadur dari cerpen karya Kahlil Gibran

ANALISIS STRUKTURALISME
A.      Tema : Jiwa-Jiwa Pemberontak
B.       physical description
Ø  Laila : Tokoh Sentral Protagonis Antagonis. Dinamakan protagonis karena ia di awal cerita seorang yang cantik dan lemah yang tak kuasa menolak permintaan paksa orang tuanya untuk menikah dengan pria agak tua yang tidak ia cintai. Dan dinamakan antagonis karena di akhir cerita ia menjadi seorang wanita pemarah dan egois yang menghujamkan pisau pada lelaki yang ia cintai karna ia menganggap ada wanita lain yang merebut kekasihnya dan tak seorang pun boleh memilikinya.
Ø  Salim : Tokoh Andalan. Dia adalah seorang pemuda tampan dan sederhana Itu ditunjukkan dalam cerita saat para tamu sedang menikmati pesta dan mabuk-mabukan, hanya salim saja yang tidak mengikuti apa yang dilakukan oleh para tamu.
Ø  Susan : Tokoh Tambahan. Susan adalah sahabat baik laila yang menyampaikan pesan kepada salim dan hanya susanlah yang mau menguburkan mayat mereka berdua.
Ø  Najeebah : tokoh antagonis, dalam cerita tersebut ia sebagai dalang dari munculnya masalah karena fitnah yang di sebarkannya.
Ø  Suami Laila, Pendeta dan Tamu : Tokoh Lataran karena peran mereka hanya berfungsi sebagai latar cerita saja.

C. Latar ( Setting ) :
·     Latar Tempat : dalam cerita ini hanya terdapat dua tempat saja yaitu kediaman/rumah pengantin pria dan di taman di bawah pohon.
·     Latar Sosial : yang termasuk latar sosial dalam cerita ini yaitu adat atau tradisi mereka (orang libanon) para orang tua selalu menjodohkan paksa anak perempuannya dengan pria tua yang kaya raya dan saat pernikahan mereka berpersta pora dengan adanya penari-penari dan bermabukan dengan minum arak, disamping itu mereka tidak sungkan bermesraan dalam pesta.

D. Sudut Pandang : menggunakan sudut pandang orang ketiga.



Usai sudah resepsi pernikahan antara Laila dengan seorang lelaki yang tidak di cintainya. Sepasang suami istri dan rombongan itu telah pergi meninggalkan geraja dan menuju rumah suaminya untuk berpesta. Setelah sampai, mereka duduk di pelaminan dan para tamu berbahagia menikmati jamuan pesta tersenut. Tapi Laila tetap menyembunyikan kesedihannya. Sementara sang suami juga ikut bersenang-senang sendiri dengan teman-temannya.

Laila      : (laila bergumam dalam hati). Oh tuhan..! rasanya aku tidak tahan lagi menahan sembilu ini. Terlalu menyakitkan jika aku menahannya. Orang tua seakan tidak peduli dengan hati anaknya, sehingga tega memaksaku untuk bersanding dengan orang yang benar-benar tidak aku cintai. (diam… tetap melamum). Salim..!, aku ingin betemu dengan salim. (lamunannya berbelok kepada sosok salim, kekasihnya dahulu). kabar terakhir yang aku dengar ia telah kembali dari perantauannya.

Tepat di depan Laila duduk di atas pelaminannya terlihat susan yang sejak tadi menatapnya. Muncullah ide dalam benak Laila untuk mengutus Susan agar menyampaikan pesannya kepada Salim.

Laila      : Susan, mendekatlah aku ingin bicara padamu..! (panggilnya dengan berbisik-bisik)
Susan     : adakah yang bisa aku bantu kawanku?, (susan segera mendekat)
Laila      : ku mohon kepadamu, sahabatku, malam ini demi kasih yang telah mengikat jiwa kita sejak masih kecil. Aku mohon kepadamu demi kebahagiaan di hatiku dan demi penderitaanku. Pergilah, temuilah salim dan suruhlah dia pergi keluar dengan diam-diam menuju taman dan mintalah dia untuk menungguku disana. Bujuklah dia demi aku Susan. Sampai dia mau, katakana padanya hatiku hancur dan buta, aku hamper mati dan aku ingin membuka hati kepadanya sebelum baying-bayang melenyapkanku. Cepatlah temui dia dan bujukulah. Engkau tidak perlu takut manusia-manusia di sekitarmu ini tidak akan menangkapmu sebab anggur telah mengunci telinga mereka dan membutakan matanya.

Susan     : baiklah sahabatku, akan ku sampaikan pesanmu kepada salim..!

Maka bangkitlah Susan menuju kediaman Salim. Dalam gubuk kecilnya terlihat Salim sedang duduk melamun di atas kursinya, dengan menatap keluar cendelanya yang terbuka lebar. Susan segera masuk kedalam.

Susan     : permisi mas Salim..!
Kedatangan Susan sempat menggugah lamuanan Salim. Tapi Salim tetap berdiam diri tanpa menyahuti apapun. Hanya mendengarkan pesan yang di bawa Susan saja.

Susan     : saya datang kesisini hanya ingin menyampaikan pesan dari sahabatku, Laila…!

Susan mulai membisikan pesan dari sahabatnya itu, dengan teliti pemuda itu mendengarkannya. Setelah susan selesai berbicara Salim hanya memandangi Susan dan berkata

Salim     : aku akan menunggu dia, pengantin wanita itu ditaman.

Beberapa saat kemudian pengantin wanita bangkit dan berdiri dan berjalan muju taman tersebut. sambil melihat sekeliling dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan para tamu dan pengantin laki-laki itu masih terbius oleh anggur dan para wanitanya.
Sesampainya Laila di taman itu dilihatnya Salim yang sudah menunggunya. Kemudian langsung direbahkannya tubuh Laila ke tubuh Salim. Merangkul dan menatapnya. Berkata dengan tergesah-gesah.

Liala      : (dengan menangis dan rasa haru Laila berkata) dengarkan kekasihku!, dengarkan baik-baik. Aku menyesali ketidak pedulianku dan sikapku yang terburu-buru, aku menyesal Salim. Sampai penyesalanku  menyiksa hatiku. Aku mencintaimu sampai akhir hidupku. Orang telah mengatakan padaku bahwa enkau telah melupakanku, bahwa engkau telah pergi menjauh dariku. Engkau telah jatuh cinta dengan wanita lain mereka menceritakan itu semuanya padaku Salim. Dan kata-kata mereka meracuni hatiku. Kuku-kuku mereka telah merobek hatiku dengan kebohongan-kebohongan. Najeebah mengatakannya padaku bahwa engkau telah melupakanku dan merasa jijik padaku. Bahwa engkau telah mencintai Najeebah dengan menggairah. Wanita jahat itu telah memperdaya perasaanku sehingga aku mau mengambil saudaranya untuk jadi suamiku, Salim. Tetapi engkaulah suamiku dan bukan yang lain!.
Saat ini kerudung telah dibuka dari mataku dan aku telah datang kepadamu. Telah ku tinggalkan rumah ini dan aku tidak akan kembali lagi. Telah kutinggalkan kedua orangtuaku, kutinggalkan suami yang secara keliru telah kupilih menjadi majikanku. Dan kutinggalkan hokum yang menjunjungku.
Mari kita bergegas salim!, dan tinggalkan tempat ini di bawah lindungan malam. Lihatlah perjiasan-perhiasan ini. Ini semua akan menjamin masa depan kita. Ayo kita pergi salim. Mengapa kau membisu Salim?, mengapa kau tak menatapku?, mengapa kau tak menciumku?, telah ku tinggalkan semua dan aku datang dalam gaun pengantin untuk melarikan diri bersamamu. Ku mohon katakana sesuatu Salim!..

Sunyi merayap beberapa waktu, kemudian sang pemuda itu berkata

Salim     : kembalilah ke suamimu, Masalah kita sudah berakhir. Kembalilah ke pesta perkawinanmu sebelum mata-mata tajam melihatmu, dan orang-orang mulai berkata “wanita itu telah berhianat pada malam pernikahannya, persis saat dia menghianati kekasihnya ketika kekasihnya akan pergi jauh. (perkataanya dalam pandangan kosong, lemas, dan penuh kecewa)

Mendengar kata-kata itu pengantin wanita yang sedari tadi duduk disampingnya  mulai gemetar seraya berkata

Laila      : aku tidak akan kembali kerumah itu, sampai terahir napas hidupku. Jangan tinggalkan aku dan jangan katakan bahwa aku tidak setia, sebab tangan cinta yang mengikat jiwaku lebih kuat dari tangan pendeta yang menyerahkan jiwaku pada suamiku, jiwaku telah datang mendekati jiwamu dan bahkan kematian tak akan mampu memisahkan jiwa kita.

Salim     : (pemuda ini langsung berdiri seraya membalasnya dengan nada kebencian). Tinggalkan aku hai perempuan!. Aku telah melupakanmu dan aku merasa jijik padamu. Cintaku sudah ku tambatkan pada wanita lain, dan yang dikatakan banyak orang tentangku itu benar adanya. Apa kau dengara apa yang aku katakana?. Aku telah melupakanmu, dan aku tak ingat lagi padamu sama persis dengan jiwaku yang lenyap dari pandanganmu. Kembalilah pada suamimu dan jadilah istri yang baik baginya!.

Mendengarkan hal itu hati Laila mulai murka. Dengan beranjak dari tempat duduknya Kemudian ia menjawab

Laila      : tidak!, aku tidak percaya apa yang baru saja kau katakan!. Kau mencintaiku, bisa ku baca kata-kata cinta dalam sorot matamu, kita saling mencintai salim. Dan tak akan ku tinggalkan tempat ini kecuali tetap berada di sisimu. Aku datang kemari untuk mengikutimu sampai ke ujung bumi. Jadi renggutlah aku dan tumpahkan darahku.

 Kemarahan antara mereka berdua makin menjadi-jadi. Salim juga sangat marah.

Salim     : tinggalkan aku hai perempuan!. Atau aku akan berteriak dan memanggil semua orang agar datang ketaman ini. Akan ku tunjukan aibmu dan iniakan membuatmu bagai butiran-butiran pahit yang ada di mulut mereka.

Wajah manita itu berubah. Matanya terbelalalak bagai lautan yang di goncang badai.

Laila      : siapa yang akan mencitaiumu seperti diriku?, hati siapa kalu bukan hatiku?. (berucapnya dengan nada kasar dan penuh kecewa)

Hati Laila sudah terbakar amarah. Hatinya di penuhi setan. Tanpa piker panjang ia langsung mengambil sebuah pisau dari balik gaunnya, dan secepat kilat langsung di hujamkan pisau itu secepatnya tepat di atas dada pemuda itu. Dia roboh ke tanah. Melihat itu Laila sangat kaget wanita itu membungkuk di hadapannya dan pisu itu masih ada dalam genggam tangannya.

Salim     : kemarilah kekasihku, kemarilah Laila!, dan jangan tinggalkan aku antara kehidupan dari pada kematian. Tettapi kematian lebih lemah dari pada cinta. Tutuplah mataku yang mulai meredup ini dengan jari-jarimu yang penuh darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu ditangan kananku dan katakana pada mereka bahwa aku telah bunuh diri karena putus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu Laila bukan yang lain.

Tubuh pemuda itu tersungkur dan tangannya memegangi dadanya yang terluka. Dan lepaslah jiwanya. Pengantin wanita itu menatap dengan tangis terisak-isak. Karena kecewa akhirnya ia berteriak-teriak seperti orang gila.

Laila      : kemarilah oh manusia!. Pernikahannya ada disii dan inilah pengantin priannya. Kemarilah sehingga kami dapat menunjukan kepadamu ranjang pengantin yang lembut ini. Bangunlah dan sadarlah orang-orang pemabuk!.

Jeritan sang pengantin itu menggema di setiap sudut taman dekat rumahnya. Semua orang terkejut saat mendengar perkataannya. Maka cepatlah mereka menghampirinya. Setelah meliahat apa yang ada bibir mereka taka da yang mampu tuk berucap. Tapi mereka mundur karena takut. San pengantin menoleh kea rah mereka, kesedihan tampak di wajahnya.

Laila      : memdekatlah hai pengecut!. (dia berteriak) kalian tidak perlu takut dengan hantu kematian, karena kematian ini mulia dan tak akan menghampiri kepicikanmu. Lihatlah pemuda tampan ini. Dialah kekasihku, aku membunuhnya karena dia kekasihku. Dimanakah wanita jahat dan pencemburu itu, wanita yang menfitnah kekasihku?, dia mengatakan bahwa Salim mencintainya dan telah melupakanku. Dimanakah Najeebah, wanita penipu itu?, dimanakah ular kecil berbisa itu?, biarkan dia menyaksikan semua ini. Kalian tidak bisa memahami apa yang aku katakana. Karena kalian hanyalah orang-orang tolol yang tak mengerti arti cinta yang sesungguhnya.

Wanita itu masih menangis. Kemudian wanita itu mengangkat pisu ke atas dan di hujamkannya pisau itu keras-keras tepat di dadanya. Semua mata terpaku oleh itu, dengan sekarat wanita itu mengatakan.

Laila      : janganlah mendekat, kalian hanya akan menghinaku. Jangan pisahkan tubuh kami biarkan bumi menyembunyikan kami dan melindungi kami dari hantaman salju musim dingin sampai musim semi datang.

Dengan sekarat, tangan manisnya mencoba untuk meraih tangan pemuda itu.

Laila      : lihatlah kekasihku!, lihatlah suami jiwaku. Mereka yang iri hati berdiri terpaku di sekitar ranjang kita. Engkau telah menantikanku begitu lama Salim. Sekarang lihatlah bagaimana belenggu-belenggu itu telah hancur. Mari kita pergi bersama Salim!. (laila mengatakannya dengan berbisik di dekat Salim)

Kemudian datanglah seorang pendeta yang memberkati pernikahan Laila yang gagal. Lantas berkata

Pendeta : terkutuklah tangan yang menyentuh kedua tubuh ini. Yang terbunuh oleh darah kejahatan dan aib. Oh manusia, pulanglah dan menyingkrlah dari bau busuk yang muncul dari dua hati ini.

Kemudian Suana seorang gadis sahabat Laila datang dan berdiri di samping pendeta itu. Sambil menangis dia berkata.

Susan     : aku akan tetap tinggal disini penghujat buta. Aku akan menjaga mereka sampai pagi. Akan ku gali sebuah liang kubur dibawah cabang-cabang pohon. Jika kalian tidak memmeberiku sekup, akan aku gali tanah ini dengan jari-jariku sendiri. Dan jika kau mengikat kedua tanganku akan ku gali tanah ini dengan gigiku. Cepat tinggalkan tempat ini!.

Setelah lama menyaksikan itu akhirnya orang-orang pergi berhamburan di hadapan suara sang pendeta. Gadis itu tetap berdiri di tempat itu.
Katika kerumunan orang telah menghilang dan tempat itu menjadi sunyi, dia pasrah dalam tangis dan kesedihan!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar